Komunikasi Asertif

Hai teman,
Bagaimana kabarmu hari ini? Sudah berapa banyak orang yang kamu ajak berkomunikasi?
Apakah kamu menggunakan pola komunikasi asertif? Ahh, asertif? Sebelum lebih jauh simak dulu dua pernyataan dibawah ini dan pilih salah satu.

a. “Telat banget sih kamu, gara-gara kamu telat kita jadi ngaret nih.”
b. “Aku ngerasa kesal kalau kamu datangnya telat karena menurutku, kamu tidak menghargai waktuku loh.”

Jika kamu memilih pernyataan a maka kamu adalah orang yang kurang asertif terhadap orang lain. Tapi jika kamu memilih pernyataan b maka kamu adalah sekelompok orang yang jelas memposisikan perasaan tegas dan positif dalam mengekspresikan dirimu sendiri dan itu termasuk dalam komunikasi asertif.

Teman tau gak definisi dari komunikasi asertif?

Menurut Burgon & Huffner (2002), terdapat salah satu cara agar komunikasi berjalan secara dua arah, yaitu dengan komunikasi asertif. Komunikasi asertif merupakan sebuah teknik berkomunikasi di mana seseorang dapat menyampaikan pendapatnya secara lugas tanpa menyinggung orang tertentu baik secara verbal maupun non-verbal. Keterampilan berkomunikasi seperti ini akan menumbuhkan rasa saling menghargai dan terbuka sehingga komunikasi berjalan secara singkat, jelas, dan efektif (j4kompasiana).

Asertif sendiri diartikan sebagai pernyataan tegas dan positif yang menggambarkan kita, tanpa maksud mengalah dan menyerang orang lain. Semisal dalam situasi, teman kamu yang meminjam uang dan berjanji akan mengembalikannya katakanlah dalam waktu dua minggu. Ternyata setelah dua minggu bahkan hampir satu bulan teman kamu belum mengembalikannya. Apakah kamu diam saja dan berharap dia ingat dan mengembalikannya? Lalu bagaimana jika temanmu berpura-pura lupa? Dan kamu pun tetap diam. Atau jangan-jangan kamu sudah mengumpatnya dalam hati, akhirnya kamu sendiri yang tersiksa. Tentu langkah yang paling sehat adalah dengan langsung berkata kepadanya, “teman, aku saat ini membutuhkan uang yang kamu pinjam dua minggu kemarin”. Lalu dengarkan responnya.

Keterusterangan seperti ini lah yang disebut dengan Komunikasi Asertif. Namun kamu harus jeli akan kata-katanya “Aku saat ini membutuhkan uang yang kamu pinjam dua minggu kemarin”. Bukan dengan berkata, ”Kamu kok pura-pura lupa ya untuk mengembalikan uang yang kamu pinjam?”. Sebab ada dua perbedaan yang sangat besar dalam kalimat di atas, yang asertif kamu mengatakan “Aku saat ini membutuhkan......” secara tidak langsung kamu menyampaikan atau mengekspresikan kebutuhan kamu. Kalau kalimat yang yang kedua, “kamu kok......” berarti kamu sedang menuduh atau menyerang seseorang. Kalimat kedua ini disebut dengan kalimat agresif.

Bagaimana, kamu sudah paham soal komunikasi asertif? Kalau belum yuk simak jenis–jenis dari komunikasi asertif.

Ada enam jenis komunikasi asertif ini;
1. Basic Assertion
Basic assertion adalah ketika kamu secara jelas mengungkapkan kebutuhan, keinginan, keyakinan, pendapat, atau perasaan kita. Contoh basic assertion, yaitu, “Aku belum memikirkan itu sebelumnya, berikan aku waktu untuk memikirkan idemu.”

2. Empathic Assertion
Empathic assertion mengandung pengakuan atas perasaan, kebutuhan, atau keinginan orang lain, lalu dilanjutkan dengan pernyataan yang berisi kebutuhan dan keinginan kita. Contoh emphatic assertion, yaitu, “Aku tahu kamu ingin yang terbaik untuk penyelesaian tugas kelompok kita, tetapi kita sudah menyelesaikannya dan kita tidak punya cukup waktu untuk mengubahnya.”

3. Consequence Assertion
Consequence assertion digunakan dalam situasi ketika seseorang tidak mengikuti peraturan sehingga kita bisa menambahkan konsekuensi atas pelanggaran tersebut untuk mengubah perilaku mereka tanpa menjadi agresif. Contoh consequence assertion, yaitu,  “Jika kamu dengan sengaja tidak menghadiri diskusi kita lagi, aku tidak punya pilihan lagi selain tidak mencantumkan namamu dalam tugas kelompoknya kita.”

4. Discrepancy Assertion
Discrepancy assertion menunjukkan perbedaan antara apa yang telah disepakati sebelumnya dengan apa yang terjadi dan digunakan untuk memastikan apakah ada kesalahpahaman antara tindakan dan kata-kata yang dilontarkan sebelumnya. Contoh discrepancy assertion, yaitu, “Sebelumnya kita sudah sepakat untuk menyelesaikan tugas ini sebelum tanggal 1, tapi mengapa kamu belum mengerjakannya sampai sekarang? Apakah kamu bisa menjelaskan alasannya?”

5. Negative Feelings Assertion
Jenis komunikasi asertif ini dilakukan ketika kita memiliki perasaan yang negatif, tetapi ingin mengontrol perasaan kita agar tidak menyinggung perasaan lawan bicara. Strategi ini memungkinkan kita untuk mengatakan apa yang kita rasakan dan membuat lawan bicara mengetahui dampak dari tindakannya. Contoh Negative Feelings Assertion, yaitu, “Aku begitu khawatir karena kamu hilang tanpa kabar. Akan lebih tenang rasanya bila kamu mengabariku agar aku tahu.”

6. Broken Record
Dalam strategi ini, kita mempersiapkan apa yang akan kita katakan dengan cara mengulanginya berkali-kali sehingga lebih siap ketika akan melontarkannya. Cara ini juga dapat membuat kita lebih tenang sebelum berbicara. Contoh dari strategi ini adalah sebagai berikut.

A : “Bisakah kamu meminjamkan uang kepadaku sebesar Rp100.000?”
B : “Tidak, keadaan ekonomiku sedang tidak stabil.”
A : “Tenang saja. Aku akan mengembalikannya sesegera mungkin. Kita kan sudah berteman sejak dulu.”
B : “Tetap saja aku tidak bisa meminjamkan uangku padamu.”
A : “Hanya Rp100.000,- saja. Apakah aku tidak bisa meminjam uang darimu?”
B : “Sudah kukatakan tidak. Keadaan ekonomiku sedang tidak stabil, aku tidak bisa meminjamkan uangku padamu.”

Nah teman, sudah tahu kan apa itu komunikasi asertif? Jadi untuk kunci pertama dalam berkomunikasi asertif adalah “I Message” Sampaikan perasaan, pikiran atau opini kamu. Tidak ada satu kekuatan pun di dunia ini yang dapat menghambat kamu untuk mengkomunikasikan diri bukan? So, jan lupa untuk terus meningkatkan komunikasi dan menerapkan pola komunikasi asertif dalam percakapanmu dengan orang lain yang teman.
 
Terima Kash.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Komunikasi Asertif"

Posting Komentar